Mencoba Berbagi Cerita, Kisah, dan Inspirasi Melalui Tulisan

BERMIMPILAH SETINGGI - TINGGI MUNGKIN, AGAR TUHAN DAPAT DENGAN MUDAH MEMELUK MIMPI - MIMPIMU

Selasa, 14 Juni 2011

Sejarah Bengkulu


Nama Bengkulu diambil dari kisah perang melawan orang Aceh yang datang hendak melamar Putri Gading Cempaka, yaitu anak Ratu Agung Sungai Serut. Akan tetapi lamaran tersebut ditolak sehingga menimbulkan perang. Anak dalam saudara kandung Putri Gading Cempaka yang menggantikan Ratu Agung sebagai Raja Sungai Serut berteriak “Empang ka hulu – empang ka hulu” yang berarti hadang mereka dan jangan biarkan mereka menginjakkan kakinya ke tanah kita. Dari kata-kata tersebut maka lahirlah kata Bangkahulu atau Bengkulu. Orang Inggris menyebutkannya Bencoolen.

Pada pertengahan abad ke 13 sampai dengan abad ke 16 di Daerah Bengkulu terdapat 2 kerajaan yaitu : Kerajaan Sungai Serut dan Kerajaan Selebar. Pada tahun 1685 Inggris masuk ke Bengkulu dan menjajah Bengkulu selama kurang lebih 139 tahun (1685-1824). Sejak 1824-1942 Daerah Bengkulu sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda. Setelah Belanda kalah dari Jepang pada tahun 1942 dimulailah masa penjajahan Jepang selama kurang lebih 3 tahun.

Setelah Indonesia merdeka Bengkulu ditetapkan sebagai Kota kecil di bawah pemerintahan Sumatera Bagian Selatan dengan luas 17,6 Km2 berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Kecil Bengkulu. Pada tahun 1957 Kota Kecil Bengkulu berubah menjadi Kotapraja berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, yang meliputi 4 Wilayah Kedatukan dengan membawahi 28 Kepemangkuan yaitu :

Kedatukan Wilayah I terdiri dari 7 Kepemangkuan.
Kedatukan Wilayah II terdiri dari 7 Kepemangkuan.
Kedatukan Wilayah III terdiri dari 7 Kepemangkuan.
Kedatukan Wilayah IV terdiri dari 7 Kepemangkuan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 jo Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Pembentukan Propinsi Bengkulu, menetapkan Kota Bengkulu sebagai Ibu Kota Provinsi Bengkulu. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah, merubah sebutan Kotapraja menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu. Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu selanjutnya dibagi dalam 2 wilayah setingkat Kecamatan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor : 821.27-039 tanggal 22 Januari 1981, yaitu :

Wilayah Kecamatan Teluk Segara.
Wilayah Kecamatan Gading Cempaka.

Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bengkulu Nomor : 440/1981 dan Nomor : 444/1981 dan dikuatkan denan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor ; 141/1982 tanggal 1 Oktober 1982, menghapus wilayah Kedatukan dan Kepemangkuan menjadi Kelurahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 42/1982 dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu terbagi 2 Wilayah Kecamatan definitif yang membawahi 38 Kelurahan, yaitu :

Kecamatan Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan.
Kecamatan Gading Cempaka membawahi 21 Kelurahan.

Pada tahun 1986 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 46/1986 tentang Perubahan Batas dan Perluasan Wilayah Kotamadya Dati II Bengkulu, luas Wilayah Kotamadya Bengkulu berubah dari 17,6 Km2 menjadi 144,52 Km2 dan terdiri dari 4 Wilayah Kecamatan, 38 Kelurahan serta 17 Desa yaitu :

Kecamatan Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan dan 4 Desa.
Kecamatan Gading Cempaka membawahi 21 Kelurahan dan 2 Desa.
Kecamatan Selebar membawahi 6 Desa.
Kecamatan Muara Bangkahulu membawahi 5 Desa.

Dalam rangka melengkapi persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan tanda kehormatan PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA sebagaimana tertuang dalam Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor 002/1238/SJ tanggal 2 Mei 1989 tentang Permintaan Motto Daerah Tingkat II, maka ditetapkanlah Motto Daerah dan hari jadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu Nomor 1 Tahun 1991 tentang Hari Jadi dan Motto Kotamdya Daerah Tingkat II Bengkulu yaitu hari jadi pada tanggal 17 Maret 1719 diambil dari peristiwa penyerbuan rakyat terhadap Benteng Marlborough, sedangkan motto adalah : SEIYO SEKATO KITA BANGUN BUMI PUTERI GADING CEMPAKA MENUJU KOTA SEMARAK. Seiyo Sekato mempunyai arti musyawarah untuk mufakat, sedangkan Semarak adalah singkatan dari Sejuk, Meriah, Aman, Rapih dan Kenangan.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah secara penuh berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka sebutan Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu berubah menjadi Kota Bengkulu sampai sekarang. Sementara itu jumlah wilayah kecamatan bertambah dari 4 kecamatan menjadi 8 kecamatan berdasarkan Perda Nomor 28 Tahun 2003.

Tabel 3.1
Daftar Kepala Daerah/Walikota Bengkulu
Dari Tahun 1945-2012
No

Nama


Jabatan


Masa Jabatan

1.
Hamzah Sa’ari Ketua Dewan Pemerintahan Kotapraja Bengkulu

1945 – 1950

2.
K.Z. Abidin Walikota KDH Kotapraja Bengkulu

1950 – 1955

3.
H. Hasan Basri Walikota KDH Kotapraja Bengkulu

1955 – 1960

4.
M. Salim Karim Walikota KDH Kotapraja Bengkulu

1960 – 1965

5.
M. Zen Ranni Walikota KDH Kotapraja Bengkulu

1965 – 1970

6.
Z. Thabri Hamzah, SH Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1970 – 1975

7.
Drs. Syafiudin. AR Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1975 – 1980

8.
Drs. Sulaiman Effendi Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1980 – 1985

9.
Drs. Sulaiman Effendi Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1985 – 1990

10.
Achmad Rusli, SH. Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1990 - Maret 1992

11.
Drs. H.A. Razie Jachya Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

Maret – Oktober 1992

12.
Drs. Chairul Amri. Z. Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1992 – 1997

13.
Drs. Chairul Amri. Z. Walikotamadya KDH Tingkat II Bengkulu

1997 – 2002

14
H.A. Chalik Effendie Walikota Bengkulu

2002 – 2007

15.
H. Ahmad Kanedi Walikota Bengkulu

2007 – 2012

Sumber : DPRD Kota Bengkulu (2008)

Tabel 3.2
Daftar Ketua DPRDS, DPRD-GR dan DPRD Kota Bengkulu
Dari Tahun 1945-2009
No

Nama


Jabatan


Masa Jabatan

1.
Nawawi Nada Ketua DPRDS Kotapraja Bengkulu

1945 – 1955

2.
Aminuddin Annas Ketua DPRD Kotapraja Bengkulu

1955 – 1960

3.
Burhanuddin Makruf Ketua DPRD-GR

1960 – 1965

4.
Husinudin Ketua DPRD Kotapraja Bengkulu

1965 – 1970

5.
Z. Abidin Gafur Ketua DPRD Kotamadya Dati II Bengkulu

1971 – 1977

6.
A. Rahman Tarkus Ketua DPRD Kotamadya Dati II Bengkulu

1977 – 1982

7.
A. Rahman Tarkus Ketua DPRD Kotamadya Dati II Bengkulu

1982 – 1987

8.
T o e w o n Ketua DPRD Kotamadya Dati II Bengkulu

1987 – 1992

9.
E.M.L. Tobing Ketua DPRD Kotamadya Dati II Bengkulu

1992 – 1997

10.
H. Irfan Sidik Ketua DPRD Kotamadya Dati II Bengkulu

1997 – 1999

11.
H.M. Djali Affandi Ketua DPRD Kota Bengkulu

1999 – 2004

12.
H. Ahmad Zarkasih Ketua DPRD Kota Bengkulu

2004 – 2009

Sumber : DPRD Kota Bengkulu (2008)

sumber tulisan: http://www.bengkulukota.go.id

Kamis, 09 Juni 2011

Sebuah Harapan Apakah Harus Diubah Dipertengahan Jalan
















Semua harus mempunyai harapan dan tujuan, agar hidup ini ada yang dikejar dan kita tidak statis dengan hanya berdiam diri. Keinginan dari dalam diri untuk menjadi lebih baik dengan maksud menambah pengalaman, ilmu, pengetahuan, dan memenuhi sebuah hasrat yang terpendam. Kita berpikir kita mempunyai keterampilan dalam satu bidang, kita yakin kita akan mampu melaksanakan hal tersebut dengan sempurna, tetapi disaat itu ada kondisi yang membuat kita mesti memilih hal lain untuk kita dalami. Diibaratkan kita sedang dalam perjalanan, kita menikmati perjalanan tersebut dengan pemandangan yang indah, jalan yang bagus, dan didepan sana kita meyakini ada kota indah yang telah menunggu, disana saya akan buat perubahan yang sangat berarti dengan planning yang sudah dipersiapkan , grrrr..grrr..grrrrr... ternyata getaran hp yang telah menunggu untuk diangkat.
kita : ini siapa?
A: ini dulu mas mu, masa lupa?
kita: oh, sampean mas, ada apa mas?
A: gini, kmu katanya mau ke kota Bengkulu y?
kita : iy mas, ada apa mas? Mau nitip oleh2? Hehe
A: ngak, kamu bisa ke jogja? Disini kondisinya lagi suram, org2 pada males ke jogja, pembangunan tidak seperti dulu lagi, semuanya serba morat-marit karena tidak ada yang mengurusnya.
kita: waduh, gimana ya mas, saya ...............................
Anggap kondisi kita lagi seperti itu, sulit?? Tidak juga, tpi apakah kita bisa langsung menjawab dan banting stir untuk segera ke jogja?? Gimana dengan planning kita sebelumnya untuk membangun kota Bengkulu??
Saat ini pikir baik buruknya dulu,,,,tetapi belum bisa mengambil keputusan....

Rabu, 01 Juni 2011

Perbedaan Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai



Rafflesia arnoldii dan Bunga Bangkai (Amorphpophallus titanium) merupakan dua jenis tanaman yang berbeda. Meski oleh masyarakat terkadang kedua jenis tanaman ini dianggap sama bahkan saling tertukar. Saya sendiri sempat mendengar seorang guru Sekolah Dasar yang mengatakan di depan murid-muridnya bahwa bunga Bangkai adalah Rafflesia.

Memang Rafflesia dan Bunga Bangkai (Suweg Raksasa) sama-sama memiliki ukuran besar (raksasa) dan mengeluarkan bau yang busuk. Namun antara Raflesia dan Bungan Bangkai (Amorphpophallus titanium) memiliki perbedaan pada klasifikasi biologi, bentuk, warna, cara hidupnya, dan siklus hidupnya.

RAFFLESIA

rafflesia arnoldii

Rafflesia adalah genus tumbuhan bunga parasit. Ia ditemukan di hutan hujan Indonesia oleh seorang pemandu dari Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, dan dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles, pemimpin ekspedisi itu. Ia terdiri atas kira-kira 27 spesies (termasuk empat yang belum sepenuhnya diketahui cirinya seperti yang dikenali oleh Meijer 1997), semua spesiesnya ditemukan di Asia Tenggara, di semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Tumbuhan ini tidak memiliki batang, daun ataupun akar yang sesungguhnya.

Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma (famili Vitaceae), menyebarkan haustoriumnya yang mirip akar di dalam jaringan tumbuhan merambat itu. Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima. Pada beberapa spesies, seperti Rafflesia arnoldii, diameter bunganya mungkin lebih dari 100 cm, dan beratnya hingga 10 kg. Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 cm. Rafflesia yang banyak dikenal masyarakat adalah jenis rafflesia arnoldii. Jenis ini hanya tumbuh di hutan sumatera bagian selatan, terutama Bengkulu.

Ciri utama yang membedakan rafflesia dengan bunga bangkai secara awam adalah bentuknya yang melebar (bukan tinggi) dan berwarna merah. Ketika mekar, bunga ini bisa mencapai diameter sekitar 1 meter dan tinggi 50 cm. Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun. Bunganya memiliki 5 mahkota. Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.

Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.

Sedikit informasi, selama 200-an tahun tumbuh-tumbuhan dari genus Rafflesiaceae sulit diklasifikasikan karena karakteristik tubuh yang tidak umum. Berdasarkan penelitian DNA oleh para ahli botani di Universitas Harvard baru-baru ini, rafflesia dimasukkan ke dalam family Euphorbiaceae, satu keluarga dengan pohon karet dan singkong. Tapi hal ini masih belum terpublikasi dengan baik.

Beberapa jenis Rafflesia (di Indonesia); Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatra bagian timur).

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Malpighiales; Famili: Rafflesiaceae; Genus: Rafflesia;

BUNGA BANGKAI

Selain rafflesia, bunga raksasa lain yang dikenal masyarakat adalah bunga bangkai/suweg raksasa Titan Arum (Amorphpophallus titanium). Jenis ini hanya endemik tumbuh di kawasan hutan di Sumatera.

Bunga-bangkaiBerbeda dengan rafflesia, bunga bangkai titan arum ini berwarna krem pada bagian luar dan pada bagian yang menjulang. Sedangkan mahkotanya berwarna merah ke-ungu-an. Sekilas bentuknya saat mekar terlihat seperti bunga terompet. Bila rafflesia hanya melebar, bunga bangkai tumbuh menjulang tinggi. Ketinggian bunga bangkai jenis amorphophallus titanium ini bisa mencapai sekitar 4 m dengan diameter sekitar 1,5 m.

Bunga bangkai ini termasuk tumbuhan dari suku talas-talasan (araceae). Merupakan tumbuhan dengan bunga majemuk terbesar di dunia. Berbeda dengan rafflesia yang tidak dapat tumbuh di daerah lain, bunga bangkai dapat di budi daya. bila rafflesia parasit pada tumbuhan rambat, bunga bangkai tumbuh di atas umbi sendiri.

Bunga ini mengalami 2 fase dalam hidupnya yang muncul secara bergantian dan terus menerus, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun yang sekilas mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya bisa mencapai 6 m. Setelah beberapa tahun, organ generatifnya akan layu kecuali umbinya. Apabila lingkungan mendukung, dan umbinya memenuhi syarat pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya bunga bangkai. Tumbuhnya bunga majemuk yang menggantikan pohon yang layu merupakan fase generatif tanaman ini.

Bunga baru bisa tumbuh bila umbinya memiliki berat minimal 4 kg. Bila cadangan makanan dalam umbi kurang atau belum mencapai berat 4 kg, maka pohon yang layu akan di gantikan oleh pohon baru.

Selain itu, bunga bangkai merupakan tumbuhan berumah satu dan protogini, dimana bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini, seperti pada rafflesia, berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Setelah masa mekarnya (sekitar 7 hari) lewat, bunga bangkai akan layu. Dan akan kembali melewati siklusnya, kembali ke fase vegetatif, dimana akan tumbuh pohon baru di atas umbi bekas bunga bangkai.

Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini bisa ditanam menjadi pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang sekarang dibudidayakan.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Alismatales; Famili: Araceae; Genus: Amorphophallus; Spesies: A. titanum;
Nama binomial: Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang

diambil dari : http://alamendah.wordpress.com/2009/08/21/perbedaan-rafflesia-arnoldii-dan-bunga-bangkai/